Direktur Utama Bank BTN Pahala N. Mansury mengatakan pondasi bisnis perseroan masih kuat dan tercermin dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang berada di level 17,32% pada Desember 2019 atau berada di atas ambang batas sebesar 14%. Selain itu, rasio kecukupan likuiditas (liquidity coverage ratio/LCR) Bank BTN juga masih kuat, LCR perseroan tercatat sebesar 136,31% di Desember 2019.
"Kami optimistis target laba Rp 3 triliun pada tahun ini akan tercapai karena didukung pondasi bisnis yang kuat dan lebih hati-hati serta potensi bisnis yang masih besar. Bank BTN juga telah mencanangkan berbagai varian strategi," ujar Pahala dalam siaran resminya, Senin (17/2).
Berbagai strategi yang akan menjadi fokus BBTN ke depan yakni peningkatan produktivitas dan memaksimalkan berbagai platform termasuk proses kredit dan infrastruktur data. Strategi lainnya, yakni mengembangkan model bisnis baru untuk dana ritel dan wholesale funding. Bank BTN juga akan meningkatkan digitalisasi dan otomatisasi di tahun ini, terutama dengan digital disruption yang kian menguat.
"Kami juga akan memaksimalkan kemitraan untuk membangun ekosistem di sektor properti dan perumahan," kata Pahala.
Meski 2020 masih dibayangi kondisi perlambatan ekonomi, Pahala optimistis peluang bisnis masih terbuka lebar. Berbagai potensi bisnis yang masuk dalam radar perseroan yakni berkembangnya sentra-sentra pertumbuhan baru.
Sentra-sentra tersebut muncul dari tren urbanisasi, peningkatan kelas menengah, pengembangan infrastruktur, hingga pemindahan Ibu Kota Negara. Selain itu, potensi perumahan di tipe rumah berkisar Rp 150-300 juta masih sangat besar.
Bank BTN juga optimistis mampu mencatatkan pertumbuhan kredit di level 10% secara tahunan (year-on-year/yoy). Bank pelat merah ini juga meluncurkan produk bundling dana yang menawarkan berbagai kemudahan untuk mengembalikan hakikat perusahaan sebagai bank tabungan. Dengan produk anyar tersebut, BTN juga optimistis Dana pihak ketiga (DPK) pun dibidik naik berkisar 13%-15% yoy dan aset meningkat 6%-8% yoy.
Pada 2019 BBTN mencatatkan kenaikan penyaluran kredit dan pembiayaan di level 7,36% yoy, menjadi Rp 255,82 triliun dari Rp 238,29 triliun pada Desember 2018. Pertumbuhan kredit tersebut berada di atas rata-rata laju kredit industri perbankan nasional, pasalnya Bank Indonesia mencatat penyaluran kredit perbankan tumbuh melambat di level 5,9% yoy per Desember 2019.
Data keuangan Bank BTN menunjukkan kenaikan kredit dan pembiayaan perseroan ditopang penyaluran kredit perumahan yang tumbuh sebesar 7,32% yoy menjadi Rp 229,26 triliun pada akhir kuartal IV-2019. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi menjadi penyumbang utama peningkatan tersebut. KPR Subsidi Bank BTN tercatat naik 13,2% yoy dari Rp 98,17 triliun menjadi Rp 111,13 triliun pada kuartal IV-2019. KPR Non-subsidi juga terpantau tumbuh di level 3,71% yoy menjadi Rp 80,64 triliun di akhir Desember 2019.
Foto: Direktur Utama Bank BTN, Pahala N. Mansury (Dok. BTN)
|
Kredit non-perumahan di Bank BTN juga menyumbang pertumbuhan total kredit di perseroan. Penyaluran kredit non-perumahan tercatat tumbuh 7,62% yoy dari Rp24,67 triliun pada kuartal IV/2018 menjadi Rp26,55 triliun. Kredit komersial menjadi penopang utama pertumbuhan segmen kredit tersebut dengan kenaikan penyaluran sebesar 14,13% yoy menjadi Rp21,66 triliun pada akhir Desember 2019.
Di sisi lain, di tengah pengetatan likuiditas, Bank BTN pun mampu mencatatkan pertumbuhan tabungan sebesar 8,98% yoy menjadi Rp 45,64 triliun pada kuartal IV/2019. Secara total, BBTN menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) senilai Rp225,4 triliun hingga akhir Desember 2019. Dengan kinerja kredit dan DPK tersebut, aset Bank BTN tercatat tumbuh 1,74% yoy menjadi Rp 311,77 triliun pada akhir tahun lalu.
Sementara itu, penyaluran kredit yang positif menyumbang pendapatan bunga Bank BTN sebesar 12,43% yoy dari Rp 22,83 triliun pada akhir 2018 menjadi Rp 25,67 triliun di periode yang sama tahun lalu. Kendati demikian, dalam rangka menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 serta meningkatkan kehati-hatian, Bank BTN terus memacu pemupukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Pada akhir Desember 2019, CKPN BBTN berada di posisi Rp6,14 triliun atau melonjak 85,09% yoy dari Rp3,32 triliun.
"Coverage ratio kami berada di level 50,01% pada Desember 2019 dan terus kami pupuk sehingga pada Januari 2020 coverage ratio sudah mencapai 109,47%," kata Pahala.
Dengan peningkatan signifikan pada CKPN tersebut, Bank BTN meraup laba bersih senilai Rp 209 miliar pada akhir 2019.
"Kami berfokus pada bisnis yang hati-hati dan berkelanjutan. Sehingga, kami memilih memupuk CKPN untuk membentuk pondasi bisnis yang kuat dan siap melaju di 2020," tambahnya.
Sementara untuk bisnis syariah Bank BTN pun mencatatkan pertumbuhan. Laporan keuangan Bank BTN menunjukkan Unit Usaha Syariah (UUS) perseroan telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp 23,61 triliun pada Desember 2019 atau naik 7,13% yoy dari Rp22,04 triliun. Dengan kinerja tersebut, UUS Bank BTN terekam meraup laba bersih senilai Rp 238,46 miliar atau naik 10,52% yoy dari Rp215,77 miliar di kuartal IV/2018. "
Kami akan terus memacu pertumbuhan bisnis syariah dengan tetap mengutamakan asas kehati-hatian," tegas Pahala.
(dob/dob)
"kembali" - Google Berita
February 18, 2020 at 10:24AM
https://ift.tt/2V2hTTc
Kembali ke Hakikat Bank Tabungan, BTN Targetkan Laba Rp 3 T - CNBC Indonesia
"kembali" - Google Berita
https://ift.tt/2llnJPO
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kembali ke Hakikat Bank Tabungan, BTN Targetkan Laba Rp 3 T - CNBC Indonesia"
Post a Comment