
Mataram (Suara NTB) – Para guide yang biasanya sibuk sejak pagi melayani wisatawan, nasibnya berubah drastis setelah kebijakan pembatasan masuk fastboat yang mengangkut wisatawan langsung dari Bali menuju tiga gili di Lombok Utara. Tak ada yang disalahkan. Virus Corona mengubah segalanya. Tapi doa mereka, berharap situasi normal kembali. Para wisatawan pun berjanji akan kembali karena Lombok sudah dianggap rumah sendiri.
Suasana di Pelabuhan Bangsal, Kecamatan Pemenang Lombok Utara nyaris sama dengan hari hari pascagempa Agustus 2018 lalu, sepi. Pukul 08.30 Wita di dermaga domestik, sekitar enam perahu motor tertambat pantai, belum ada yang bergegas menuju tiga gili untuk melayani penumpang. Begitu juga di dermaga utama, hingga pukul 10.00 Wita, tak ada fastboat hilir mudik bongkar muat wisatawan dampak kebijakan penutupan dermaga.
Belasan guide duduk di pinggir ruang tunggu pelabuhan. Mereka menunggu kabar dari sisa sisa turis yang keluar dari tiga gili menggunakan boat domestik.
Humaidi duduk termangu, memandang jejeran perahu dan laut lepas. Guide asal Pemenang ini berjejer dengan sejumlah teman sesama profesi guide. ‘’Biasanya saya sudah sibuk jam segini. Tapi sekarang sudah satu jam lebih, belum ada kegiatan,’’ akunya.
Biasanya pada jam yang sama Humaidi menjemput tamu booking trip ke salah satu gili. Biasanya di Gili Trawangan. Tamu kemudian dipandu ke gili menggunakan boat domestik. Upah dari Tracking Organizer (TO) sudah pasti cair, artinya dapur terus bisa mengepul. ‘’Tapi kalau begini terus, susah. Bisa bisa saya jadi tukang sabit rumput. Kredit motor bisa macet,’’ ujarnya.
Fathur Rahman, guide lainnya sempat yakin tiga gili tidak akan lumpuh total jika kabar soal Lombok lockdown tidak beredar. Gara- gara informasi itu, wisatawan eksodus ke Bali. ‘’Padahal Lombok tetap aman. Saya maunya para turis itu kembali,’’ harapnya.
Fathur tak punya alternatif pekerjaan lain, benar-benar tergantung dari aktivitas pramuwisata. Tanpa wisatawan, ia kehilangan sumber penghasilan. Tak tahu apa yang harus disampaikan, kecuali harapan besar kepada wisatawan agar kembali menikmati keindahan tiga gili.
‘’Harapan saya mereka balik lagi. Lombok ini indah. Lombok tetap aman,’’ pintanya. Ada sekitar 50 guide yang beraktivitas di tiga gili. Dalam 14 hari ke depan, mereka tak bisa berharap banyak mendapat penghasilan dari aktivitas wisata di sana.
Arus wisatawan dari tiga gili tak terbendung sejak kebijakan penutupan oleh Pemprov NTB, ditindaklanjuti dengan surat dari Syahbandar Pemenang. Data Syahbandar Pemenang per Senin (16/3) lalu, ada 2.330 wisatawan yang booking tiket keluar dari kawasan tiga gili. Jumlah ini dua kali lipat dari kedatangan wisatawan per hari yang bypass dari Bali.
Para wisatawan sebenarnya berat hati meninggalkan Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno. Belum cukup bagi mereka menikmati keindahan sejumlah spot wisata, seperti pantai berpasir putih dan menjajal keindahan bawah laut dengan sonokeling dan diving. Tapi Barbara, asal Jerman mengaku akan kembali. ‘’Suatu hari nanti, saya pasti akan kembali. Lombok terlalu indah untuk saya lupakan,’’ kata Barbara. Wabah Corona dan kebijakan pemerintah membuatnya waspada dan harus ikut aturan pemerintah. Gili menurutnya tetap aman, tapi ia pergi untuk sementara waktu.
‘’Saya akan kembali,’’ ujarnya melempar senyum, kemudian masuk ke mobil travel agent yang sudah menunggunya.
Rory, asal London Inggris, sebenarnya masih punya waktu trip tiga hari di Gili Trawangan. Ia juga sedang menunggu kedatangan temannya yang menyusul. ‘’Tapi teman saya ndak jadi datang. Karena situasi sekarang ini. Saya juga harus pergi,’’ ujarnya.
Sebenarnya dia ingin bertahan karena dua hari baginya belum cukup. ‘’Saya kemungkinan akan kembali, sambil lihat situasi. Kalau aman, saya ingin sekali ke sini lagi,’’ kata Rory. (ars)
"kembali" - Google Berita
March 18, 2020 at 08:38AM
https://ift.tt/2TZcxqT
Tiga Gili Menanti Turis Kembali - SUARA NTB
"kembali" - Google Berita
https://ift.tt/2llnJPO
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tiga Gili Menanti Turis Kembali - SUARA NTB"
Post a Comment