BEIJING, RABU — Kegiatan produksi di sejumlah pabrik dan pembangunan infrastruktur di China telah dimulai kembali setelah lebih dari satu bulan lamanya Pemerintah China menerapkan penutupan wilayah di beberapa provinsi utama di negara itu. Namun, sejumlah analis memperingatkan bahwa ini baru merupakan pemulihan jangka pendek dan masih sangat rentan.
Sejumlah pekerjaan infrastruktur besar di wilayah Xinjiang, provinsi yang terletak di sebelah barat laut China, sudah mulai digerakkan kembali. Seperti dilaporkan harian The New York Times, para pekerja pabrik garmen dan tekstil sudah kembali ke pabrik untuk membantu pembuatan masker, pekerja tambang minyak sudah kembali ke lokasi, dan para petani sudah mulai kembali mengolah lahan pertanian mereka untuk bersiap-siap memasuki masa tanam.
Presiden China Xi Jinping, seperti dikutip dari laman kantor berita Xinhua, juga menyempatkan diri bertandang ke Provinsi Zhejiang, mengunjungi kawasan industri di wilayah tersebut yang mulai menggeliat. Dia juga memberikan dorongan kepada para pemilik usaha kecil dan menengah untuk kembali berbisnis.
Baca juga: Ekonomi China Menggeliat
Kembali menderunya mesin-mesin pabrik di China diperkuat oleh Indeks Manajer Pembelian (PMI) China, yang dikeluarkan Biro Statistik Nasional, pada bulan Maret ini yang memperlihatkan kenaikan, dari sebelumnya hanya 35,7 kemudian naik menjadi 52. Angka ini jauh di atas angka survei kantor berita Reuters yang memperkirakan angka PMI ini masih ada di bawah level 50, yaitu 45,0.
Para analis mengingatkan, angka yang dikeluarkan oleh Biro Statistik Nasional bukan sebagai sebuah acuan bahwa perekonomian sudah pulih kembali seperti pada masa sebelum Covid-19 melanda China dan kemudian menjadi pandemi global. ”Angka ini hanya menunjukkan bahwa ada perbaikan kondisi ekonomi dibandingkan pada bulan Februari. Namun, angka ini masih jauh dibanding sebelum virus ini menjadi pandemi global,” kata analis Capital Economics, Julian Evans-Pritchard.
Baca Berita Korona Terkini di Kompas.id, GRATIS
Harian Kompas berikan BEBAS AKSES untuk seluruh artikel di Kompas.id terkait virus korona.
Angka ini hanya menunjukkan bahwa ada perbaikan kondisi ekonomi dibandingkan pada bulan Februari. Namun, angka ini masih jauh dibanding sebelum virus ini menjadi pandemi global.
Kondisi ekonomi China pascapandemi juga sudah didiskusikan oleh para pengamat ekonomi. Mereka memperkirakan, pada kuartal pertama tahun ini ekonomi China akan turun cukup tajam hingga 9 persen. Hal ini merupakan penurunan yang paling parah dalam tiga dekade terakhir.
Baca juga: Kota Wuhan Bersiap Bangkit
Pengamat ekonomi dari Hwabao-Trust di Shanghai, Nie Wen, mengatakan bahwa meski mesin pabrik sudah bergerak kembali, industri manufaktur negara ini belum bisa normal kembali karena pasar internasional juga belum pulih. Pada saat yang sama, para pengusaha juga memiliki masalah dalam hal pembiayaan usaha mereka.
”Masalah terbesar yang dihadapi ekonomi China sekarang ini adalah merosotnya permintaan dari negara-negara luar atas produk negara ini,” kata Nie.
Stimulus lanjutan
Setelah Bank Sentral China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman satu tahu tahun (LPR), yang dibiarkan tidak berubah di 4,05 persen, Pemerintah China mengeluarkan stimulus ekonomi bagi para pengusaha mikro, kecil, dan menengah pada akhir Maret ini. Pemerintah China akan menggelontorkan dana stimulus senilai 140 miliar dollar AS untuk membantu para pengusaha UMKM menggeliat kembali.
Baca juga: Menyelamatkan Ekonomi yang Lumpuh karena Covid-19
Rapat Dewan Negara yang dipimpin oleh Perdana Menteri China Li Keqiang, Selasa (31/3/2020), menghasilkan keputusan yang menyebutkan bahwa bank akan mendapat suntikan dana dari pemerintah, yang nantinya akan diberikan kepada para pengusaha UMKM dengan suku bunga yang akan ditentukan kemudian oleh pemerintah.
Pemerintah juga mengumumkan akan memberikan insentif tambahan kepada industri otomotif China, termasuk kemudahan pajak bagi para calon konsumen untuk pembelian mobil hibrida atau mobil listrik bertenaga baterai hingga dua tahun. Sebelumnya, Pemerintah China telah mengurangi subsidi ini secara bertahap sejak tahun 2016 yang akhirnya berdampak pada menurunnya jumlah penjualan mobil listrik di negara ini. (AFP/REUTERS)
"kembali" - Google Berita
April 01, 2020 at 08:36AM
https://ift.tt/2Jri0AD
Mesin Pabrik di China Kembali Menderu – Bebas Akses - kompas.id
"kembali" - Google Berita
https://ift.tt/2llnJPO
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mesin Pabrik di China Kembali Menderu – Bebas Akses - kompas.id"
Post a Comment