Search

Rindu Mahasiswa Indonesia Ingin Kembali ke Wuhan - Liputan6.com

Sejumlah universitas di China memang juga menawarkan metode online, baik untuk aktivitas perkuliahan maupun untuk pengumpulan tugas.

Metode kuliah online diberlakukan oleh sejumlah universitas di China yang terdampak Virus Corona, agar mahasiswa internasional, seperti Yuli, Eva, dan Gerard dapat terus mengikuti perkuliahan jarak jauh.

Karena saat ini mereka tak berada di China, uang beasiswa mereka untuk sementara dihentikan sampai mereka kembali ke Wuhan.

Untuk hidup bulanan, biasanya Pemerintah China memberikan dana sebesar 3.500 Yuan, lebih dari Rp 7 juta untuk mahasiswa doktoral, 3.000 Yuan, atau lebih dari Rp 6 juta untuk mahasiswa master, dan 2.500 Yuan, atau sekitar Rp 5 juta untuk mahasiswa S-1.

Jumlah tersebut diterima utuh, karena mereka tidak perlu membayar uang sewa bulanan asrama yang ditanggung oleh universitas.

Karena kini mereka tak mendapat tanggungan, Yuli mengaku telah mencoba mencari pekerjaan sementara untuk menutup biaya hidupnya selama di Indonesia.

Ditolak Saat Mencari kerja

Usaha untuk mencari kerja sudah mulai dilakukan Yuli saat ia menyadari kepulangannya ke Wuhan masih serba tak pasti.

Tetapi usahanya masih terbentur stigma Virus Corona.

"Begitu tahu saya dari Wuhan dan baru habis karantina, mereka kelihatan sekali ragu-ragu dan akhirnya menolak," kata Yuli.

"Sepertinya banyak orang Indonesia yang masih ketakutan berinteraksi dengan kami, padahal kami sudah dilengkapi sertifikat sehat saat selesai karantina" ujar Yuli.

Meski demikian, Yuli mengaku tidak berkecil hati dan akan terus mencari pekerjaan.

"Kalaupun memang sulit (mencari kerja), mungkin saya akan mulai mencicil mencari data untuk disertasi saja dulu," katanya.

Kerinduan pada Wuhan

Bila kebanyakan orang mengenal Wuhan hanya sebagai kota sarang virus yang mematikan sehingga enggan untuk pergi ke sana, tidak demikian bagi Yuli, Eva, dan Gerard.

Sebelum Virus Corona menyerang, Wuhan adalah kota yang mereka sebut "sangat menyenangkan".

"Terutama saat musim semi, karena menyenangkan untuk jalan-jalan," kata Eva. Bagi mereka, Wuhan yang mereka kenal adalah kota yang dinamis dan hidup, serta kaya kuliner.

Salah satu kuliner khas yang dirindukan ketiganya adalah mie tradisional Wuhan yang bernama "Reganmian".

"Sebenarnya sederhana, tapi dekat di hati. Mie ini hanya mie biasa dengan bumbu kacang, wijen, dan kecap asin," kata Eva.

Kedai dekat kampus mereka menjual mie ini dengan harga yang kalau dirupiahkan hanya Rp 8.000 saja.

"Itu porsinya besar. Harga segitu saya bisa makan berdua dengan Eva," kata Yuli tergelak.

"Enak dan murah meriah, dan kadang kalau sudah makan pagi, siang tidak perlu makan ngenyangin banget," kata Yuli lagi.

Reganmian, mie kering tradisional Wuhan, salah satu yang dirindukan mahasiswa Indonesia. (Supplied: Yuliannova Chaniago)

Selain itu, Gerard juga mengaku rindu pada kehidupan di universitas, terutama kegiatan yang dilakukan bersama dengan mahasiswa Indonesia lainnya.

Misalnya festival budaya yang diadakan setiap bulan Maret atau April.

Tahun lalu, mahasiswa Indonesia diberi kesempatan membuka festival tersebut dengan tarian Papua.

"Kami sebenarnya nggak punya kostum saat itu. Akhirnya dapat bantuan dari teman-teman Indonesia lain di Hubei," kata Yuli. 

Let's block ads! (Why?)



"kembali" - Google Berita
March 04, 2020 at 06:00PM
https://ift.tt/39jGV4i

Rindu Mahasiswa Indonesia Ingin Kembali ke Wuhan - Liputan6.com
"kembali" - Google Berita
https://ift.tt/2llnJPO

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Rindu Mahasiswa Indonesia Ingin Kembali ke Wuhan - Liputan6.com"

Post a Comment

Powered by Blogger.