Search

GMF Kembali Jajaki Pelepasan 20% Saham via 'Private Placement' - Investor Daily

TANGERANG, investor.id – PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) kembali mengkaji rencana pelepasan hingga 20% saham melalui skema private placement. Perusahaan asal Prancis, Air France KLM, akan membantu perseroan dalam menggaet mitra strategis untuk menyerap saham tersebut.

Direktur Utama GMF Aero Asia Tazar Marta Kurniawan mengatakan, faktor pertama yang bisa mendorong perseroan mengeksekusi aksi private placement adalah harga saham. Sampai saat ini, perseroan masih menunggu momen harga saham berada di posisi yang bagus.

Seperti diketahui, saham perdana perseroan berada pada posisi Rp 400 per saham saat listing 10 Oktober 2017. Sementara itu, harga penutupan pada perdagangan Selasa (28/1) sebesar Rp 118 per saham.

“Perusahaan sebelumnya pernah membuat kesepakatan strategis dengan Air France KLM, tapi yang menjadi mitra stategis untuk private placement bukan Air France, tapi mitra financial mereka,” jelas dia di Tangerang, Banten, Selasa (28/1).

GMF sebelumnya sudah menyampaikan rencana private placement dengan menerbitkan 2,34 miliar saham baru atau setara 8,28% pada Januari 2018. Jumlah tersebut adalah bagian dari rencana pelepasan saham kepada investor strategis hingga 20%. Ketika itu, prospektus perseroan menyebutkan, dana hasil private placement akan digunakan untuk memperkuat struktur modal dan ekuitas.

Menurut Tazar, pihaknya terus melakukan konsultasi dengan konsultan perseroan untuk mencari cara melepas saham di harga yang bagus. Tahun ini, pihaknya optimistis ada sentimen positif yang mampu mengapresiasi harga saham perseroan, mengingat adanya kepengurusan baru pada induk usaha perseroan, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).

Salah satu bentuk upaya perseroan untuk meraih apresiasi pasar adalah meningkatkan kinerja. Strategi perseroan adalah merealisasikan berbagai ekspansi. Misalnya, mengeksekusi kerjasama pemeliharaan mesin pesawat dengan Lion Air Group. Kesepakatan awal antara perseroan dengan Lion Air sebelumnya telah dilakukan pada awal 2019.

“Mudah-mudahan kerjasama dengan Lion Air segera menjadi nyata. Aksi ini akan sangat mendongkrak bisnis pemeliharaan mesin karena potensi nilainya sangat besar,” jelas dia.

Selain itu, perseroan terus memperbesar kapasitas hanggarnya dengan melakukan kerja sama operasi dengan beberapa pemilik hangar di dalam negeri. Sebab, kapasitas hanggar perseroan pada saat ini telah terutilisasi secara penuh.

Di luar negeri, lanjut Tazar, perseroan bersiap melebarkan sayap ekspansi di bisnis line maintenance luar negeri pertama perseroan, di Australia, perseroan akan mulai di Melbourne, Sydney, dan Perth. Setelahnya, perseroan juga akan mengoperasikan bisnis serupa di Jepang guna menangkap peluang pasar Asia Timur. Tak ketinggalan, perseroan bersiap mengoperasikan hangar di Dubai, Timur Tengah pada 2020.

Untuk menopang berbagai ekspansi tersebut, perseroan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar US$ 50 juta pada tahun ini. Pengeluaran perseroan diperkirakan lebih banyak pada modal kerja.

Target Laba Bersih

Menurut Tazar, rangkaian ekspansi di luar negeri bertujuan untuk menggaet lebih banyak pelanggan dari maskapai luar negeri. “Kita awali dengan line maintenance, kalau mereka cocok, kami harapkan berlanjut ke perawatan yang lebih besar,” jelasnya.

Hingga September 2019, porsi pendapatan dari segmen internasional mengalami peningkatan menjadi 23% terhadap total pendapatan perseroan. Jumlah itu tercatat meningkat jika dibandingkan per kuartal III-2018 yang hanya berkontribusi 21%.

Tahun ini, perseroan membidik proyek perawatan pesawat yang lebih banyak dari sejumlah operator maskapai penerbangan luar negeri di antaranya adalah Air France, IndiGo, Cebu Pasific, dan Oman Air.

Sepanjang 2020, perseroan optimistis laba bersih bisa meningkat hingga 10% dibanding 2019. Peningkatan ini akan dipicu oleh peningkatan pendapatan pemeliharaan pesawat dari Garuda Indonesia Group seiring dengan rencana penambahan armada.

Sedangkan dari non-group atau pelanggan luar negeri, perseroan menargetkan pekerjaan redelivery meningkat menjadi 35 proyek dari sebelumnya 14 proyek di tahun 2019.

Lebih lanjut, perseroan juga akan menyelesaiakan sejumlah piutang yang menjadi kewajiban PT Sriwijaya Air. Direktur Keuangan GMF Aero Asia Edward Okky menjelaskan, sejak putusnya kerja sama manajemen antara Garuda Indonesia Group dengan Sriwijaya Group pada November 2019, kedua belah pihak telah menyepakati perjanjian pembayaran utang baru.

Sesuai rencana, Sriwijaya Group akan melakukan pelunasan utang dengan masa waktu 10 bulan sejak diputusnya kerja sama manajemen tersebut. Pembayaran dilakukan sebesar Rp24 miliar per bulan. Sehingga utang Sriwijaya kepada GMF akan selesai pada September 2020.

Sumber : Investor Daily

Let's block ads! (Why?)



"kembali" - Google Berita
January 28, 2020 at 09:14PM
https://ift.tt/2RTL47y

GMF Kembali Jajaki Pelepasan 20% Saham via 'Private Placement' - Investor Daily
"kembali" - Google Berita
https://ift.tt/2llnJPO

Bagikan Berita Ini

0 Response to "GMF Kembali Jajaki Pelepasan 20% Saham via 'Private Placement' - Investor Daily"

Post a Comment

Powered by Blogger.