Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 1,1 basis poin (bps) menjadi 6,53%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 25 Nov'19
Seri |
Jatuh tempo |
Yield 22 Nov'19 (%) |
Yield 25 Nov'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Yield wajar IBPA 22 Nov'19 (%) |
FR0077 |
5 tahun |
6.519 |
6.53 |
1.10 |
6.4884 |
FR0078 |
10 tahun |
7.074 |
7.074 |
0.00 |
7.0596 |
FR0068 |
15 tahun |
7.477 |
7.471 |
-0.60 |
7.4588 |
FR0079 |
20 tahun |
7.656 |
7.666 |
1.00 |
7.6476 |
Sumber: Refinitiv
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa flat pada 530 bps dari posisi akhir pekan lalu. Yield US Treasury 10 tahun turun 0,2 bps hingga 1,772% dari posisi akhir pekan lalu 1,774%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.067 triliun SBN, atau 38,63% dari total beredar Rp 2.764 triliun berdasarkan data per 21 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 174,54 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 970 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 9,32 triliun.
Di negara maju, mayoritas masih mengalami penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara tersebut turun.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara |
Yield 22 Nov'19 (%) |
Yield 25 Nov'19 (%) |
Selisih (basis poin) |
Brasil |
6.87 |
6.825 |
-4.50 |
China |
3.188 |
3.2 |
1.20 |
Jerman |
-0.359 |
-0.364 |
-0.50 |
Prancis |
-0.046 |
-0.046 |
0.00 |
Inggris |
0.707 |
0.706 |
-0.10 |
India |
6.496 |
6.472 |
-2.40 |
Jepang |
-0.079 |
-0.088 |
-0.90 |
Malaysia |
3.422 |
3.424 |
0.20 |
Filipina |
4.696 |
4.696 |
0.00 |
Rusia |
6.36 |
6.36 |
0.00 |
Singapura |
1.744 |
1.749 |
0.50 |
Thailand |
1.705 |
1.71 |
0.50 |
Amerika Serikat |
1.774 |
1.772 |
-0.20 |
Afrika Selatan |
8.33 |
8.41 |
8.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps)"kembali" - Google Berita
November 25, 2019 at 02:41PM
https://ift.tt/2s7sTSz
Damai Dagang Belum Pasti, Pasar Obligasi Kembali Terkoreksi - CNBC Indonesia
"kembali" - Google Berita
https://ift.tt/2llnJPO
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Damai Dagang Belum Pasti, Pasar Obligasi Kembali Terkoreksi - CNBC Indonesia"
Post a Comment